Samarinda, infosatu.co – Meningkatnya kasus gagal ginjal di usia muda menjadi perhatian serius berbagai pihak.
Merespons kondisi tersebut, Ikatan Alumni (IKA) STIKSAM mengadakan Seminar Nasional Kesehatan bertajuk “Menghadapi Peningkatan Insiden Gagal Ginjal di Usia Muda: Pencegahan, Diagnosis dan Pengelolaan Berbasis Evidence-Based Medicine (EBM)” yang berlangsung di Auditorium STIKSAM Samarinda, Minggu, 27 April 2025.
Seminar ini merupakan rangkaian dari kegiatan IKA STIKSAM yang juga menggelar Musyawarah Besar (Mubes) ke-3 dan aksi donor darah terbuka untuk umum.
Ketua Panitia, Andi Fathul Rahman, menjelaskan bahwa seminar tersebut bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan ginjal sejak dini.
Ia menyebutkan bahwa acara ini awalnya hanya menjadi bagian dari program Mubes IKA STIKSAM, namun kemudian diperluas dengan kegiatan seminar dan bakti sosial untuk memberikan manfaat yang lebih luas.
“Sekarang bukan hanya orang tua yang terkena gagal ginjal, tapi juga banyak terjadi pada anak-anak dan usia muda. Karena itu, penting sekali meningkatkan pengetahuan sejak dini soal pencegahan dan pengelolaan kesehatan ginjal,” terang Andi.
Dalam sesi materi, dokter spesialis penyakit dalam, Astried Indrasari, memaparkan bahwa kini prevalensi gagal ginjal di Indonesia mengalami pergeseran ke usia yang lebih muda.
Ia mengutip data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Timur (Kaltim) yang menunjukkan bahwa kasus gagal ginjal sudah ditemukan pada anak-anak usia 10–15 tahun.
“Kalau dulu biasanya di atas usia 40–50 tahun baru terkena gagal ginjal, sekarang mulai usia 20 tahun ke atas sudah banyak kasusnya. Bahkan di usia anak-anak pun sudah muncul,” ungkap Astried.
Astried juga menjelaskan bahwa beberapa faktor risiko utama meliputi hipertensi, diabetes, infeksi berulang, obesitas, penggunaan obat-obatan nefrotoksik, serta gangguan autoimun.
Selain itu, pola makan yang tinggi gula, garam, dan lemak turut memperburuk kondisi kesehatan ginjal sejak usia dini.
“Deteksi dini itu kuncinya. Jangan tunggu usia tua baru cek kesehatan. Kalau kita punya riwayat keluarga kencing manis atau darah tinggi, atau pola hidup tidak sehat, sebaiknya lakukan pemeriksaan berkala, minimal setahun sekali,” imbaunya.
Seminar ini digelar secara hybrid, yakni offline dan online, serta terbuka untuk masyarakat umum.
Panitia juga mengundang berbagai pihak, termasuk dari Dinas Kesehatan Kota Samarinda, Dinkes Kaltim, serta seluruh peserta seminar untuk berperan aktif dalam upaya penanganan gagal ginjal. Selain seminar, panitia menyediakan fasilitas donor darah yang dibuka setelah acara sebagai bagian dari kampanye gaya hidup sehat.
Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, penyakit ginjal kronis kini menjadi salah satu penyebab utama kematian di Indonesia.
Sekitar 42.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini, dengan tren peningkatan kasus di kalangan usia muda.
Pada tahun 2024, lebih dari 134.000 pasien di Indonesia tercatat menjalani cuci darah (hemodialisis), dengan estimasi biaya pengobatan mencapai Rp11 triliun.
Data ini menggarisbawahi pentingnya upaya pencegahan dan deteksi dini, terutama di kalangan generasi muda yang semakin rentan.
Melalui seminar ini, diharapkan masyarakat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya menjaga kesehatan ginjal sejak dini dan memperkecil risiko terkena gagal ginjal.