Penulis : Sukri – Editor : Eres
Samarinda, infosatu.co – Ustad Aspianur mengisi pengajian rutin usai salat Subuh di Masjid Agung Pelita Samarinda, Jumat (8/3/2019).
Jumlah jamaah tetap banyak, meski sebagian jamaah berangkat ke Banjarmasin untuk menghadiri Haul Guru Sekumpul, Minggu ini.
BACA JUGA :Tim Gabungan BNNP Kaltim Amankan 1 Kg Sabu dari Jaringan Kutim. Tiga Kurir Diamankan
Ustad Aspianur mengupas materi tentang pentingnya umat menjaga lisan dan menata hati. Mengajarkan umat muslim agar tidak gampang menilai buruk orang lain, lalu menggunjingkannya dengan orang yang lain lagi.
Dia lalu berkisah. Satu ketika dia sedang berdakwah di satu masjid di Samarinda. Seorang jamaah bertanya.
“Pak Ustad, apa hukum orang yang merokok jadi imam sholat?” tanya si jamaah yang nampak kurang suka dengan para perokok.
“Ulun senyum aja. Ulun jawab, kedada hukumnya pak ae. Jelas aja kada bulih. Kayak apa, habis takbir sidin maisap rokok, bingung makmum,” canda Ustad Aspianur.
BACA JUGA :Kasus Pajak Surianto Menuai Simpati Masyarakat, Berniat Bayar Pajak Malah Dipidanakan
Hati-hati jua kita dengan rokok ini, lanjut Ustad Aspianur. “Tuh, lihat di Tepian. Banyak orang mancing maisap rokok. Gugur (jatuh), akhirnya mati jua,” ucapnya.
Jamaah pun sontak tertawa. Mengira orang yang merokok yang jatuh ke Sungai Mahakam.
“Bukan urangnya nang gugur, rokoknya. Kayak apa kada mati, takana banyu (air). Mati,” seru Ustad Aspianur, lagi-lagi mengundang tawa jamaah.
Di akhir tausiahnya, Ustad Aspianur berpesan agar umat muslim sungguh-sungguh menjaga lisan dan menata hati.
Membuang kebiasaan buruk ketika melihat atau mendengar sesuatu yang kurang baik lalu bereaksi dan menggosip dan gibah.
“Jika ada yang membicarakan keburukan orang lain, lebih baik diam, tidak ikut-ikutan. Kalau tidak bisa menasehati, sebaiknya kita tidak ikut-ikutan menggibah,” pesannya.
Ada juga yang bertanya. Bagaimana dengan orang yang salatnya rajin, ibadahnya rajin dan kaya raya. Tapi, uangnya hasil jual narkoba, mesin perusak generasi bangsa.
“Pertanyaan pian itu bisa merusak hati pian sorang pak ae. Kita nang stres mikirakan. Kita kada usah maurusi urang. Pikir aja ibadah kita sorang. Urusan bapak narkoba itu, Allah nang manghitungkan. Berapa kebaikannya, berapa dosanya. Timbul pian yang ulun mamai (omeli) nah.
“Makanya sebelum betakun dengan ulun, pikir dulu sepuluh kali pak ae,” canda Ustad Aspianur dan jamaah kembali tertawa lepas.
Pesan utamanya, jika kita belum bisa maksimal menunaikan ibadah, setidaknya kita harus menutupi maksiat perbuatan kita. Bukan sebaliknya malah bangga mengumbar maksiat perbuatan kita kemana-mana.