Samarinda, infosatu.co – Harga komoditas bahan pokok di pasaran Samarinda, Kalimantan Timur melonjak di awal tahun 2025 ini. Kenaikan harga yang paling signifikan terjadi untuk cabai rawit.
Di Pasar Kedondong, Jalan Ulin, Samarinda, harga per kilogram cabai rawit mencapai Rp100 ribu. Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2024, lonjakan harganya mencapai 40 persen dari Rp60 ribu per kilogram.
Windah, salah seorang pedagang di Pasar Kedondong, kenaikan harga sejumlah komoditas mulai terjadi sejak akhir 2024. Hingga kini, harganya terus merangkak naik.
“Cabai keriting juga naik, sekarang Rp55 ribu per kilogram, meski bawang merah sedikit turun dari Rp44 ribu ke Rp40 ribu. Sementara bawang putih naik dari Rp40 ribu ke Rp42 ribu,” jelasnya.
Untuk beras, harga masih stabil dibanding akhir 2024. Beras Sulawesi dijual Rp14 ribu per kilogram untuk kualitas paling bawah.
Sementara, beras premium berada di kisaran Rp16 ribu hingga Rp18 ribu per kilogram. Meski demikian, penurunan harga beras tercatat hanya Rp200 per kilogram atau sekitar Rp5 ribu per karung.
Selain itu, minyak goreng kemasan dijual Rp18 ribu per liter, sedangkan gula pasir mengalami kenaikan yang tidak terlalu signifikan. Namun, lonjakan tajam terjadi pada telur ayam yang naik hingga Rp40 ribu per ikat sejak akhir tahun lalu.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Samarinda Nurrahmani menanggapi kenaikan harga bahan pokok tersebut. Saat wawancara via WhatsApp, ia menyebut bahwa Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus memantau perkembangan harga dan mencari solusi.
“Setiap Senin, TPID membahas isu kenaikan harga. Karena Samarinda bukan penghasil bahan pangan, kami biasanya mengambil langkah intervensi. Hal ini seperti mendatangkan produsen atau petani dari daerah lain. Ini bagian dari upaya menjaga stabilitas harga,” jelasnya.
Nurrahmani menambahkan bahwa kerja sama dengan daerah penghasil cabai dan komoditas lain menjadi langkah strategis untuk mengatasi lonjakan harga.
“Kami akan terus berkoordinasi untuk memastikan ketersediaan barang dan stabilitas harga menjelang bulan puasa,” tambahnya.
Di tengah dinamika harga yang fluktuatif, Ibu Windah berharap tahun 2025 membawa perubahan ekonomi yang lebih baik bagi pedagang dan masyarakat. “Semoga kondisi ini segera membaik, dan harga lebih stabil untuk semua,” tutupnya.