Penulis : Ichal – Editor : Eres
Kubar, infosatu.co-Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Barat dan Aliansi Penyelamatan Badak Sumatera melepaskan 1 (satu) ekor Badak ke Suaka Badak Kelian. Badak betina yang diberi nama “Pahu” ini telah selesai menjalani masa karantinanya selama 3 (tiga) bulan di dalam boma, dan siap untuk dilepaskan ke paddock Suaka Badak Kelian, Rabu (20/3/2019)
Seperti diberitakan sebelumnya bahwa satu ekor Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) berjenis kelamin betina telah berhasil diselamatkan di Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Badak tersebut diketahui masuk ke dalam pit trap (lubang jebakan) nomor 4, yang berada dekat aliran anak Sungai Tunuq pada Minggu pagi, 25 Nopember tahun lalu, sekira pukul 07. 30 Wita.
Pemindahan badak Pahu ke Suaka Badak Kelian dilakukan berdasarkan rekomendasi dari tim dokter dan sesuai dengan Peraturan Dirjen KSDAE Nomor P.01/KSDAE/SET/KSA.2/2/2018 tentang Prosedur Operasi Standar Translokasi Badak Jawa, Badak Sumatera dan Badak di Kalimantan.
Sementara itu, tim penyelamat Badak Sumatera merupakan para ahli yang terdiri dari unsur pemerintah, mitra dan organisasi konservasi badak, sesuai Surat Keputusan Direktur Jenderal KSDAE Nomor SK 93/KSDAE/SET/KSA.2/2/2018 Jo SK.321/KSDAE/SET/KSA.2/2/2018. Tim ini terdiri dari tim kesehatan, yaitu dokter hewan perawat badak dan pencari pakan, serta tim monitoring, yaitu personil cek pit trap, monitoring pergerakan badak harian, serta personil penyiapan kandang angkut, boma dan koridor.
Badak Pahu mempunyai Panjang badan 200 cm dan tinggi 101 cm, relatif lebih kecil jika dibandingkan badak sumatera yang ada di Sumatera. Berat badan Pahu saat pertama masuk karantina adalah 320 kg, dan terus meningkat sejalan dengan tercukupinya nutrisi melalui asupan pakan yang yang diberikan tiap harinya. Saat ini berat badan Pahu sudah mencapai 360 kg, cukup ideal jika dibandingkan dengan ukurannya. Berdasarkan struktur giginya, umur Pahu diperkirakan lebih dari 25 tahun.
Staf Ahli Menteri ESDM Bidang LH & Tata Ruang, Satry Nugraha hadir dalam kegiatan ini menyampaikan harapannya agar pasca operasional tambang oleh PT KEM, lokasi tersebut dapat kembali seperti semula hingga mampu mendukung fungsi ekologi dan hidrologi.
“Badak Kalimantan harus menemukan kembali habitatnya agar tidak punah,” kata Satry Nugraha. Selain itu, juga diharapkan bentuk kolaborasi ini dapat dijadikan model pembangunan pertambangan yang berbasis konservasi serta dapat mendukung upaya pembangunan di Kabupaten Kutai Barat melalui pengembangan atraksi wisata bangunan bendungan yang ada di dalam HLKL .
Sementara Wiratno, Direktur Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem KLHK mengatakan pihaknya memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat dalam proses ini. Terutama masyarakat Kabupaten Kutai Barat yang telah mendukung upaya penyelamatan satwa yang terancam punah.
Menurutnya ini merupakan langkah awal, karenanya masih diperlukan bantuan banyak pihak untuk maju ke tahap berikutnya, yaitu pengembangbiakan semi alami yang dikelola secara intensif.
“Mengingat umur Pahu yang tidak muda lagi, tantangan berikutnya adalah segera menemukan badak jantan di Kalimantan yang diyakini masih ada di alam. Adanya badak jantan bisa mempercepat keberhasilan program breeding di suaka. Saat ini tim sedang mencari keberadaan badak lainnya di wilayah Kalimantan,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Sunandar Trigunajasa, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur mengutarakan pelepasan atau pemindahan badak “Pahu” ke Suaka Badak Kelian merupakan langkah awal yang penting untuk upaya penyelamatan badak yang kondisi populasinya di alam sudah tidak banyak lagi.
“Ancaman perburuan dan fragmentasi habitat menjadi salah satu faktor menurunnya populasi badak di alam yang saat ini diprediksi berjumlah sekitar 12-15 ekor yang tersebar di Kantong 1 dan 3 Kabupaten Kutai Barat dan Mahulu,” jelas Sunandar.
Sedangkan Bupati Kutai Barat FX Yapan mengatakan masyarakat Kutai Barat mendukung penuh upaya pelestarian Badak Sumatera yang berada di Kutai Barat.
“Ini adalah kebanggaan masyarakat Kutai Barat. Kita perlu dukung untuk menjaga pelestariannya,” sebut Yapan.
”Kami akan menyediakan segala kebutuhan yang diperlukan untuk menjamin badak ini tetap ada di Bumi Kalimantan, khususnya Kutai Barat,” imbuh Bupati Yapan.
Selain itu, Ketua Tim Operasi Penangkapan dan Penyelamatan Badak Arief Rubianto mengatakan kerja keras tim selama ini telah memberikan hasil yang luar biasa untuk penyelamatan Badak Sumatera di Kalimantan.
“Upaya penyelamatan ini masih panjang. Pemantauan kesehatan badak Pahu akan terus kami lakukan dengan tim dokter. Saat ini kami masih terus melakukan pemantauan dan pengamanan terhadap badak yang masih berada di luar habitatnya. Harapan kami, badak Sumatera lainnya bisa kami selamatkan,” kata Arief Rubianto.
Upaya penyelamatan badak Sumatera di Kaltim ini didukung oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Pemerintah Kabupaten Kutai Barat, Sekretariat Bersama Badak Indonesia, Yayasan WWF Indonesia, Aksi Konservasi Hutan Tropis (TFCA), Yayasan Badak Indonesia (Yabi), Aliansi Lestari Rimba Terpadu (ALert), Institut Pertanian Bogor (IPB), PT Hutan Lindung Kelian Lestari (HLKL), PT Trubaindo Coal Mining,
PT PAMA, PT Rimba Raya Lestari, Borneo Rhino Alliance (Bora), Universitas Mulawarman, Komunitas Pecinta Alam Damai (Kompad), mitra terkait lainnya, dan komunitas masyarakat adat antara lain masyarakat adat Besiq dan Bermai.