Penulis : Nina – Editor : Sukrie
Samarinda.Infosatu,co – Sarung Samarinda atau Tanjong Samarinda adalah jenis kain tenun tradisional khas di kota Samarinda. Sarung ini di buat dengan menggunakan alat tenun tradisional yang disebut Gedokan dan berasal dari rakitan kayu bukan mesin yang biasa di gunakan oleh pabrik sarung pada umumnya.
Membuat kerajinan Sarung dengan cara ditenun ini memang tak mudah, cara pembuatannya benar-benar membutuhkan ketelitian, dan pergerakan dari kaki hingga tangan yang memang harus di lakukan oleh orang yang berpengalaman. Satu sarung saja bisa menghabiskan waktu hingga kurang lebih 17 hari untuk jenis Sarung perempuan.
Sarung tenun yang sejarahnya berasal dari pulau Sulawesi dan di bawa oleh para pendatang yang bermukim di kawasan tanah rendah sekarang bernama Samarinda Seberang, pada tahun 1668.
Hajja Johar (48), kepada infosatu.co, Minggu(4/8/21019), mengungkapkan kegelisahannya mengenai pemasaran sarung tenun yang kini menjadi ancaman untuk para pengrajin tenun asli Samarinda. Sekarang Sarung tenun kami susah lakunya, ya karena dipasaran sudah banyak sarung-sarung tenun palsu (KW)yang di hargai murah
“Seperti di pasar tradisional Samarinda Citra Niaga itu banyak banget sarung dari luar, ada yang datang dari Sulawesi juga. Di jual di sana dengan harga murah. Jadi kami pengrajin asli di Samarinda Seberang ini gak bisa laku” lanjutnya
Ditanya, mengenai langkah apa yang seharusnya di buat pemerintah untuk pengrajin asli tenun Samarinda, Johar minta agar pemerintah membuat aturan khusus soal kerajinan asli yang di buat oleh pengrajin Samarinda
“Selain modal, kami harap Pemkot bisa tindak lanjut soal pasar seberang, ini sudah masuk sejarah di Kaltim, sesuai dengan perjanjian Bungaya antara kerajaan Gowa dan Belanda di abad ke 16. Kami orang Bugis ini lah yang membawa ke tanah Samarinda dan pengembang corak asli tenun Bugis menjadi tenun Samarinda” tuturnya
Dia, mengakui memang asli pendatang dari tanah Sulawesi dan menjadi pengrajin sudah dari nenek- nenek sampai kebuyut mereka. Johar memulai melatih diri menenun untuk melanjutkan usaha keluarga nya sejak tahun 2001. Sampai detik ini belum mendapatkan perhatian apapun dari Pemkot Samarinda
“Mana pernah pemerintah berkunjung ke kami, paling datang foto foto aja. Gak pernah bawa untuk diskusi soal keberlangsungan tenun Samarinda. Pemkot seringnya langsung ke toko toko, atau pengepul sarung tenun. Kalaupun pemerintah datang, paling cuma ke orang orang tertentu. Coba kah di kumpulkan semua pengrajin tenun se kota Samarinda, agar ada perhatikan,jangan pilih kasih.”ungkapnya.
Selain, banyaknya produk non asli tenun, infosatu.co mendatangi tiga (tiga) toko penjual sarung tenun yang di sebut sebagai pengepul sarung tenun di Samarinda seberang kampung tenun. Dari ketiga pemilik toko tersebut enggan berkomentar terkait pengambilan sarung tenun, dan perbandingan antara tenun asli Samarinda dan buatan luar Samarinda. Salah satu pengepul yang dijumpai ditokonya, jalan Samarinda seberang RT. 10 hanya menjelaskan bahwa mereka hanya menyesuaikan keinginan pembeli.
“Mau asli atau palsu nya tenun, kalo pembeli nyari yang murah yah mana mereka peduli. Kami juga sudah kasih tau ada produk asli ada yg tidak. Mereka malah lebih milih yang murah. Kecuali yang beli pejabat pejabat. Baru minta yang betul betul asli,”tutup Wati pengepul sarung tenun Samarinda.
Kondisi ini dianggap sangat memprihatinkan oleh sebagain pengrajin tenun asli. Mengingat semakin sulitnya bahan baku benang, dan ditambah sulitnya pasar mereka. Penenun Samarinda seberang berharap Pemkot lebih optimalkan bantuan pasar agar kerajinan mereka tidak dikepung oleh pasaran produk palsu.