Penulis : Hartono – Editor : Eres
Samarinda, infosatu.co – Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) menjadi pusat perhatian dalam beberapa waktu terakhir ini.
Pasalnya, pemerintah pusat sedang mendorong pengembangan bahan bakar minyak dengan campuran biodiesel. Seperti mandatori biodiesel 20 persen (B20) yang diterapkan mulai September 2018. Hal ini mendapat respon positif dari Kepala Kantor Wilayah Bank Indonesia (BI) Provinsi Kaltim, Muhammad Nur, Selasa (5/3/2019).
BACA JUGA :Mimpi Sangkulirang Jadi Kabupaten Pesisir. Ternyata Potensinya Luar Biasa
Kepada Infosatu.co, siang tadi usai melakukan kunjungan kerja di Kantor Gubernur Kaltim, Muhammad Nur mengatakan rencana Pemprov Kaltim untuk melakukan hilirisasi pada KEK Maloy melalui industri crude palm oil (CPO) yang lebih dikenal dengan minyak sawit kasar patut didukung.
“Untuk pengembangan sektor ekonomi Kaltim, kami sangat mendukung rencana tersebut.” Kata Muhammad Nur.
Rencana itu merupakan bagian dari sektor yang memang didorong di luar sektor pertambangan.
Dia sangat meyakini industri pengolahan atau hilirisasi dari produk-produk pertanian seperti CPO ini akan menjadi motor utama penggerak ekonomi Kaltim.
“Pak Isran juga sudah menyampaikan, tahun ini rencananya kawasan tersebut sudah dapat beroperasi dan pelaku usaha juga sudah banyak yang mau berinvestasi,” bebernya.
BACA JUGA :Pembangunan Infrastruktur Maloy, Terkendala Pembebasan Lahan
Muhammad Nur menambahkan hasil olahan dari industri CPO menjadi minyak goreng, mentega dan lain-lain merupakan sektor yang potensial dikembangkan di masa depan. Terlebih produk-produk tersebut merupakan barang yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Muhammad Nur menjelaskan hadirnya industri hilir untuk produk CPO, tentunya dapat meningkatkan produk domestik regional bruto atau PDRB Kaltim. Serta menimbulkan multiflier effect yang cukup besar. Selain itu Pemerintah Provinsi Kaltim telah mewacanakan untuk mengembangkan bio diesel. Ini sangat tepat, mengingat bio diesel merupakan energi alternatif yang bisa dikembangkan untuk menunjang perekonomian Kaltim dan tidak hanya bertumpu pada kekuatan sektor pertambangan. (*)