Jakarta, infosatu.co – Kerja sama strategis antara Indonesia dan Korea Selatan membuka peluang besar untuk memperkuat sektor pertanian dalam rangka mencapai target swasembada pangan.
Dalam seminar internasional bertema “Improving Indonesia-Korea Relationship in Prabowo Administration from Food Sovereignty to Good Neighbour”, Wakil Duta Besar Korea Selatan, Park Soo-Deok menegaskan kesiapan negaranya mendukung upaya Indonesia melalui berbagai program pertanian.
“Kami siap mengembangkan kerja sama di sektor pertanian untuk mendukung target swasembada pangan Indonesia,” ujar Park Soo-Deok di acara yang digelar Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) di Hall Dewan Pers, Jakarta, Selasa (26/11/2024).
Kerja sama bilateral ini telah menunjukkan hasil positif dalam berbagai bidang, termasuk ekonomi dan pendidikan.
Volume perdagangan kedua negara yang sebelumnya kurang dari 10 miliar dolar AS dua dekade lalu, kini mencapai lebih dari 20 miliar dolar AS pada tahun lalu.
Selain itu, terdapat lebih dari 10 ribu pekerja Indonesia yang diundang oleh perusahaan Korea serta 2.000 mahasiswa Indonesia yang belajar di Korea Selatan.
Hyungjun Noh, perwakilan dari Korea Program for International Cooperation in Agricultural (KOPIA) juga menawarkan solusi konkret untuk meningkatkan produktivitas pertanian Indonesia.
Ia menyoroti tantangan utama yang dihadapi, seperti kurangnya mekanisasi, irigasi yang belum memadai, penurunan kualitas bibit, hingga minimnya akses petani terhadap Kartu Tani.
Noh optimis bahwa kerja sama melalui KOPIA dapat membantu Indonesia dalam mencetak sawah baru seluas 3 juta hektare dan meningkatkan produktivitas lahan.
“Kerja sama ini dapat membantu Indonesia secara signifikan, terutama dalam hal pengelolaan sumber daya pertanian,” ujarnya.
Indonesia juga menargetkan sektor pertanian yang lebih tangguh dan inovatif pada tahun 2045.
Deputi Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Vivi Yulaswati menyatakan bahwa sektor ini diharapkan mampu menyediakan pekerjaan yang layak, mendukung sistem agrifood yang dinamis, dan memastikan keberlanjutan lingkungan.
“Untuk mencapai target ini diperlukan sistem dan tata kelola pangan yang tangguh di tingkat regional dan lokal, keragaman dalam produksi dan konsumsi, serta logistik sistem pangan,” kata Vivi.
Kerja sama dengan Korea Selatan diyakini dapat mendorong langkah-langkah penting untuk mencapai visi tersebut. Dengan sinergi yang lebih erat, kedua negara diharapkan dapat saling mendukung untuk mengatasi berbagai tantangan, seperti perubahan iklim, degradasi lahan, hingga masalah food waste yang menjadi salah satu isu utama di sektor pangan global.