Samarinda, infosatu.co – Pendidikan vokasi semakin dianggap penting dalam mempersiapkan tenaga kerja terampil yang mampu bersaing di pasar global.
Dalam penyebaran informasi terkait hal tersebut, media memiliki peran penting dalam meningkatkan pemahaman dan ketertarikan masyarakat terhadap pendidikan vokasi.
Hal itu disampaikan Yosep Suprayogi, eks jurnalis Tempo Media Group Yosep dalam Vokasi Bootcamp Media 2024 di Gedung Direktorat Politeknik Negeri Samarinda (Polnes), Kalimantan Timur (Kaltim), Senin (30/9/2024).
Dalam acara tersebut, ia memaparkan sebuah pendekatan yang disebut “Kuadran” untuk memudahkan media dalam menyajikan informasi. Kuadran ini membagi isu-isu menjadi empat kategori berdasarkan tingkat kepentingan dan daya tariknya bagi pembaca.
Ia menyarankan agar media bisa lebih kreatif dalam menyampaikan isu pendidikan vokasi, terutama dengan menggunakan narasi yang kuat.
“Misalnya, mengemas berita dengan cerita tokoh atau karakter yang relevan dapat membuat isu yang dianggap teknis lebih mudah diterima oleh masyarakat. Pendekatan naratif atau storytelling adalah salah satu metode efektif dalam hal ini,” jelas Yosep.
Ia menambahkan, enam kebutuhan audiens seperti inspirasi, hiburan, pengetahuan, perspektif baru, pembaruan informasi, dan mengatasi rasa takut tertinggal (Fear of Missing Out atau FOMO) perlu diperhatikan dalam menyajikan berita.
Pendidikan vokasi, lanjut Yosep, harus diperkenalkan kepada masyarakat dengan cara yang membangkitkan kesadaran akan pentingnya keterampilan teknis dan kompetensi kerja.
“Media diharapkan bisa menjadi agen perubahan yang menginspirasi dan mendorong masyarakat untuk lebih peduli pada pendidikan vokasi,” ujarnya.
Terkait dengan pendidikan vokasi, Yosep menyatakan bahwa program tersebut dapat menjembatani antara pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dengan perkembangan industri.
“Pendidikan vokasi adalah jawaban atas kebutuhan dunia kerja yang semakin kompleks, terutama dengan semakin berkembangnya teknologi dan berbagai sektor industri,” ia menambahkan.
Menurut Yosep, pendidikan vokasi perlu dioptimalkan untuk menjawab kebutuhan tenaga kerja yang semakin spesifik di berbagai bidang.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan bahwa pada tahun 2057, Indonesia akan membutuhkan jutaan tenaga kerja terampil untuk bersaing di era digital.
Yosep juga menyoroti masih rendahnya kecerdasan penduduk Indonesia yang berada di angka 78,5 pada indeks perkembangan manusia.
Tantangan ini menjadi perhatian khusus bagi daerah-daerah yang sedang berkembang seperti Kaltim. Di provinsi ini permintaan tenaga kerja terampil yang juga menguasai keterampilan bahasa asing semakin meningkat.