Samarinda, infosatu.co – Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Seni Budaya Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) melaksanakan Gelar Bersama Karya Siswa Samarinda (Geber Karsa Mara), Kamis (29/2/2024).
Sejumlah siswa dari 33 SMA/MA/SLB/SMK se-Samarinda terlibat dalam kegiatan yang berlangsung di Atrium Mall City Centrum Samarinda.
Penanggung Jawab Kegiatan Supartinah mengatakan bahwa Geber Karsa Mara bertujuan mewadahi kreativitas siswa-siswi dalam berbagai macam eskpresi seni. Acara itu sekaligus menjadi ajang persiapan perlombaan Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N).
“Kegiatan ini kami adakan tentu untuk memberikan ruang kreativitas siswa-siswi, mereka bebas menampilkan ekspresi melalui berbagai bidang karya. Sekaligus acara ini menjadi momentum mempersiapkan FLS2N di tingkat sekolah, kota, provinsi, hingga nasional,” jelasnya.
“Tapi, fokus saat ini adalah meningkatkan kompetensi seni mereka yang sangat berpotensi,” sambung Supartinah.
Dalam kegiatan ini, para siswa mempertunjukkan kreasi seni. Mulai dari tarian daerah, solo vokal, band, akustik, tari modern, puisi, drama musikal, paduan suara, fashion show hasil karya siswa dari bahan limbah daur ulang, pameran costum carnaval, hingga pameran seni kriya.
Supartinah berharap kegiatan tersebut mampu meningkatkan kepercayaan diri para siswa untuk tampil di hadapan publik. Ia juga menginginkan agar acara tersebut menjadi agenda rutin tahunan.
“Pihak Disdikbud mendukung acara ini, dan saya berharap kegiatan seperti ini dapat menjadi acara rutin yang digelar setiap tahun. Sebab dengan adanya acara ini, kami dapat membina potensi siswa-siswi secara terorganisir,” paparnya.
Masih dalam sesi yang sama, salah satu peserta dari SMA Negeri 8 Kota Samarinda menampilkan seni drama musical. Karya seni itu dikombinasikan dengan edukasi yang menggabungkan seni tari, musik, serta seni peran.
Pembina ekstrakurikuler SMA Negeri 8 Kota Samarinda, Endovalentio mengungkapkan bahwa untuk menampilkan kesenian tersebut dibutuhkan persiapan selama satu bulan. Mulai dari pembuatan konsep dan naskah, hingga pemilihan peran.
Drama musikal tersebut mengangkat judul “Apa Rasanya?”. Kesenian itu ingin mengajak para penonton untuk melihat sisi mata pelajaran seni budaya yang kerap dianggap sebagai pelengkap saja.
“Terkadang, mata pelajaran seni ini kan sering dianggap sebagai pelengkap sehingga kesannya ketika melaksanakan praktiknya hanya dilaksanakan untuk sekedar memenuhi tugas saja,” ungkapnya.
“Padahal banyak sekali teori yang justru itu merupakan pijakan untuk menciptakan karya seni itu sendiri. Sehingga siswa-siswi ini nantinya bukan hanya sekedar bernyanyi, menari, berteater, atau bahkan meng copy-paste karya orang lain, namun menciptakan karya yang orisinil,” tambah Endovalentio.
Endovalentio berharap dengan adanya acara ini, khususnya persembahan drama musikal yang ditampilkan menunjukkan bahwa seni itu tidak serta merta dibuat apa adanya.
“Kami berharap penonton khususnya melihat bahwa seni itu menyenangkan baik dari teori maupun praktiknya,” pungkasnya.