Penulis : Hartono – Editor : Sukrie
Samarinda, Infosatu.co – Awal bulan Mei tahun ini yang juga bertepatan dengan bulan Ramadhan 1440 Hijriah, sebagian besar wilayah di Indonesia masih berpotensi musim penghujan dan menyebabkan di beberapa kota terjadi hujan ringan atau hanya hujan lokal. Beberapa waktu yang lalu, 17 Mei 2019 hampir diseluruh wilayah di Samarinda di guyur hujan .Curah hujan yang mencapai 90 mm (milimeter) selama kurang lebih 2 jam mengakibatkan kondisi jalan di ibukota Provinsi Kaltim ini lumpuh total akibat banjir yang cukup tinggi.
Kondisi ini disampaikan langsung oleh Kepala Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisikal (BMKG) Temindung Samarinda, Juli Budi Kisworo pada Infosatu.co, Sabtu(18/05/2019).
Menurutnya,awal bulan Mei ini, di Samarinda relatif masih sering terjadi hujan. Karena bulan ini menjadi bulan peralihan jadi masih ada hujan. Ditambah lagi kondisi laut kita, masih hangat, artinya masih banyak terjadi penguapan yang memungkinkan curah hujan turun di sebagian wilayah Kaltim
“Sifat curah hujan yang terjadi di Samarinda dan sebagian wilayah di Kaltim saat ini masih dalam katagori normal, jika melihat perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang ditetapkan dalam satu periode musim hujan, hal ini terlihat dari Prediksi Indeks Dipole Mode.”ucapnya
Dirinya menilai, kondisi curah hujan beberapa waktu lalu di Samarinda yang mencapai 90 milimeter (mm) memang menunjukan curah hujan yang cukup lebat. Namun hal ini sangat jarang terjadi. Selain itu Budi juga memastikan, pada bulan ramadhan tahun ini hingga hari Raya Idul Fitri akan terjadi hujan.
“Untuk itu dihimbau masyarakat kota Tepian untuk mengantisipasi potensi terjadinya banjir dan longsor. Mengingat, sifat tanah yang jenuh jika terlalu banyak menyerap air dari curah hujan yang tinggi bisa berpotensi longsor,”pesannya
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan masyarakat, guna mengantisipasi peralihan musim penghujan saat ini. Warga mulai saat ini harus melakukan normalisasi dengan membersihkan selokan atau saluran air di titik-titik rawan banjir.
“Pemerintah daerah juga harus turun tangan, dalam hal ini Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Samarinda untuk melakukan penebangan pohon yang rapuh, guna menghindari kecelakaan atau mengantisipasi pohon tumbang saat terjadi curah hujan yang cukup tinggi dari dampak awan kumulonimbus yang dapat mengakibatkan angin yang kencang saat hujan.” tegasnya.
Dari informasi yang berhasil di himpun Infosatu.co, sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) katagori :
1. Diatas normal (AN), jika nilai curah hujan lebih dari 115 mm terhadap rata-rata jangka panjang/tahun.
2. Normal (N), jika curah hujan antara 85 mm sampai dengan 115 mm terhadap rata-rata jangka panjang/tahun.
3. Dibawah Normal (BN), jika nilai curah hujan kurang dari 85mm terhadap rata-rata jangka panjang/tahun.
Dijelaskan lebih jauh oleh Budi, awal musim kemarau di wilayah Samarinda baru akan terjadi pada bulan Juli-Agustus mendatang. Meskipun demikian, pada musim kemarau mendatang dampak dari fenomena El Nino tidak begitu signifikan. Sehingga tidak memicu terjadinya kekeringan.
“Hal ini diperkuat dari posisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, yang menyebabkan tidak seluruh wilayah di Indonesia di pengaruhi oleh fenomena El Nino,”katanya