Samarinda, infosatu.co – Sate merupakan salah satu kuliner khas di Indonesia. Berbagai daerah memiliki jenis sate dengan cita rasanya masing-masing.
Mayoritas sate terbuat dari daging kambing, sapi, maupun ayam. Berbeda dengan sate asal Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim). Secara turun temurun warga kabupaten tersebut telah mengolah daging payau atau rusa untuk dijadikan sate.
Sejumlah referensi menyebut, daging rusa sudah menjadi salah satu makanan pokok penduduk Kaltim yang dulunya adalah Kerajaan Martadipura atau Kutai Martapura pada abad ke-4 atau 300 Masehi.
Kala itu, mayoritas penduduk menganut agama Hindu yang tidak mengonsumsi daging sapi. Sebab, hewan tersebut dianggap suci dan simbol kehidupan.
Maka, penduduk lebih memilih berburu rusa untuk dikonsumsi. Apalagi, hewan itu sering berkeliaran di Kukar. Meski demikian, sate payau yang dibawa oleh orang Belanda dan India ini baru dikenal luas sekitar tahun 1960.
Namun, sejak rusa ditetapkan sebagai satwa liar yang dilindungi, sate payau mulai langka. Kuliner legendaris ini hanya bisa ditemukan dalam acara festival di Kaltim, khususnya Kukar.
Keistimewaan Sate Payau
Secara umum, makanan ini hampir sama dengan sate dari daerah lain. Dari cara penyajian, potongan daging rusa berbentuk dadu dan ditusuk dengan lidi berbahan bambu.
Cara memasaknya pun sama, yakni dengan cara dibakar. Demikian halnya dengan bumbu yang didominasi saus kacang tanah dengan dibaluri kecap dan cabai merah kering.
Namun demikian, daging rusa yang menjadi bahan utamanya memberikan sensasi tersendiri. Rasa asin, manis, dan pedas, serta tekstur daging yang empuk menyatu dalam setiap gigitan sate payau.