Foto : Gubernur Isran Noor memberi arahan pada Rakor Forkopimda se-Kaltim di Pendopo Odah Etam. Kata Isran, tensi politik nasional boleh memanas, tapi Kaltim harus tetap dingin. (seno)
Penulis : Humasprov Kaltim : Editor : Eres
Samarinda,infosatu.co– Tensi politik nasional kian memanas jelang pelaksanaan pesta demokrasi pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legeslatif (pileg) , 17 April mendatang.
Menyikapi fakta tersebut, Gubernur Kaltim Dr H Isran Noor mengajak rakyat Kaltim, termasuk aparatur pemerintah untuk tidak mudah terprovokasi atau ikut-ikutan panas saat mendengar atau melihat perang komentar para pendukung calon, baik di media sosial, media online dan televisi. Menurut Isran, dengan tidak terpancing perang komentar itu, maka itu sudah menjadi bagian dari kontribusi rakyat Kaltim untuk menyukseskan pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) 2019.
BACA JUGA :Apa Hukum Orang Yang Merokok, Jadi Imam Sholat
“Biar saja mereka panas, kita jangan ikut panas. Mari kita jadikan tontonan untuk menambah wawasan kita. Dari sana kita bisa menilai dan memilah mana yang baik,” kata Isran Noor saat membuka Rakor Forkopimda se-Kaltim di Pendopo Odah Etam Komplek Kantor Gubernur Kaltim, Jalan Gajah Mada Samarinda, Rabu (6/3/2019).
Isran mengajak rakyat Kaltim untuk tetap tenang menyimak apa yang berkembang dalam perdebatan di level elit nasional. Sekeras apapun perdebatan dan pertentangan, sebaiknya tidak terprovokasi dan lebih memilih untuk selalu menjaga persatuan dan kesatuan Bumi Kalimantan Timur.
BACA JUGA :Sekretaris KPU Kubar Syamsuniq, Pelipatan Surat Suara Terus Dikebut
“Kita jangan ikut terpengaruh dengan kubu-kubuan. Cukup menonton saja. Baik melihat langsung maupun di televisi,” ucap Isran.
Soal kedamaian dan keamanan daerah, Gubernur Isran Noor mengapresiasi partisipasi positif rakyat Kaltim. Tapi untuk urusan partisipasi pemilih dalam pemilihan umum, Isran mengimbau agar rakyat Kaltim lebih peduli terhadap hak-hak politiknya. Pasalnya hingga ini Kaltim masih berada di zona kuning untuk urusan partisipasi pemilih. Artinya, golongan putih (golput) atau masyarakat yang tidak menggunakan hak pilih mereka masih sangat tinggi.
“Data yang saya terima, tingkat partisipasi pemilih pada Pilkada Gubernur 2018 lalu hanya 58,16 persen. Memang Lebih baik dari tahun 2013 yang hanya 57 persen. Tentu ini menjadi tugas kita untuk meningkatkan,” kata Isran. Target partisipasi pemilih nasional dipatok 77,5 persen.