Penulis : Sukrie- Editor : Eres
Balikpapan,infosatu.co– Wakil Gubernur (Wagub) Kaltim Hadi Mulyadi memberi pernyataan cukup ‘menggoda’ saat membuka Seminar dan Workshop Nasional “Membangun Kemitraan yang Berkelanjutan untuk Mencapai Sustainable Development Goals, Partnership for A Sustainable Goals” di Novotel Hotel Balikpapan, Rabu (13/3/2019).
BACA JUGA :Disdukcapil Kutim Pastikan Warga Negara Asing Tak Masuk dalam DPT Pilpres dan Pileg 2019
Mantan Anggota Komisi VII DPR RI ini mencurigai sulitnya Indonesia mengembangkan teknologi energi terbarukan karena faktor kesengajaan. Dia mencurigai serangan itu datang dari luar.
“Boleh kan saya curiga? Teknologi untuk energi terbarukan ini memang sengaja dibuat mahal,” kata Hadi.
Dia lalu mencontohkan pengembangan solar cell (sel surya) yang dalam jumlah tertentu, harga produksi solar cell tidak bisa dibeli oleh PLN. Alasannya karena harganya mahal. Sedangkan PLN sudah memiliki patokan harga pembelian yang ditetapkan pemerintah.
Pertanyannya lanjut Wagub, mengapa harga solar cell mahal, karena teknologinya mahal atau sengaja dibuat mahal. Tujuannya jelas agar pengguna energi kembali ke energi fosil.
BACA JUGA :Kubar dan PPU Jalin Kerja Sama Bangun Jalan. Tembus Hanya 4 Jam
“Jadilah tetap kita gunakan energi fosil. Kuras dulu sumber daya alam kita,” sengit Hadi.
Kemudian ketika ditanya wartawan soal langkah nyata apa yang akan dilakukan Pemprov Kaltim menghadapi kenyataan seperti disampaikan saat membuka seminar tersebut, Hadi menjelaskan kebijakan Pemprov Kaltim sudah tergambar jelas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023 dalam Visi “Berani untuk Kaltim yang Berdaulat”, khususnya misi keempat yakni “Berdaulat dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan”.
“Sikap kami sangat jelas dalam RPJMD 2018-2023 dan Visi Misi Kaltim Berdaulat. Secara teknis nanti akan diperdalam dalam program-program yang lebih rinci,” jawab Hadi.
Namun demikian lanjut Hadi, berbagai upaya yang dilakukan daerah juga akan sangat bergantung dengan regulasi dan kebijakan nasional, karena keberadaan Kaltim sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Apalagi kata Hadi, pengembangan teknologi energi terbarukan di tingkat nasional masih akan dilakukan secara bertahap dengan target 23 persen pada tahun 2025.
“Kalau mau realistis ya harus ditingkatkan. Saat ini saja baru sekitar 15 persen. Atau tidak usah beli energi dari luar. Kita pakai batu bara kita sendiri saja, tidak usah diekspor. Cukup sekali untuk kita. Tapi ini kan kebijakan nasional yang harus kita ikuti. Kalau mau realistis, batu bara dan minyak kita jangan dihabisi,” bebernya.
BACA JUGA :Jokowi dan Iriana Ke Bangka Belitung Resmikan Bandara Depati Amir
Wagub Hadi pun memberikan apresiasi atas inisiatif panitia menggelar kegiatan tersebut. Begitupun dengan semua pihak yang telah berpartisipasi mendukung penyelenggaraan kegiatan tersebut termasuk kehadiran ratusan peserta yang nampak sangat antusias
Menurut Hadi membangun Kaltim tidak mungkin dilakukan sendiri. Perlu dukungan masyarakat dan semua pihak. Selain itu, Hadi pun berpesan agar setiap pembangunan harus memperhatikan aspek lingkungan, aspek keberlanjutan, dan memperhatikan kehidupan masyarakat sekitar. “Kalau itu kita kerjakan dengan baik, insyaallah masyarakat pasti akan menyambut positif,” tandasnya.
Sementara itu, Co Founder CSRI Indonesia, Jalal dalam konferensi pers usai seminar tersebut mengungkapkan prediksi sejumlah penelitian yang memperkirakan pada tahun 2050 sudah tidak akan ada lagi penggunaan energi fosil.
Oleh karena itu menurut dia, sejak sekarang perusahaan-perusahaan energi fosil sudah seharusnya mulai mengembangkan produksi energi terbarukan.
“Saya yakin mereka (perusahaan energi fosil) sudah menyiapkan pengembangan untuk energi terbarukan ini, meski mereka belum mau benar-benar terbuka soal rencana-rencana mereka,” sebutnya.
Seminar dan workshop nasional ini terselenggara dari kerja sama MM Sustainability Universitas Trisakti, PT TEP, CECT dan TDA Community Balikpapan.(sumber humasprovkaltim)